maleonews.com, Kota Gorontalo – Pernyataan kontroversial Rianto Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Bina Mandiri (UBM) terkait aktivitas tambang kapur di Kelurahan Buliide, Kota Barat, Kota Gorontalo, menuai gelombang protes dari masyarakat setempat. Warga menilai Rianto tak lebih dari “tong kosong nyaring bunyinya” karena hanya bisa melontarkan kritik tanpa menawarkan solusi yang jelas.
Pernyataan Rianto yang dimuat dalam salah satu media lokal dianggap menyesatkan dan mencemarkan mata pencaharian warga. Ia menuding tambang kapur sebagai penyebab bencana lingkungan seperti banjir dan longsor. Namun tudingan itu langsung dibantah keras oleh para pekerja tambang.
“Banjir dan longsor bukan karena tambang kapur! Jangan mengada-ngada. Kalau tidak tahu kondisi sebenarnya, mending diam!” cetus seorang pekerja kapur yang enggan disebutkan namanya.
Aktivitas tambang kapur di Buliide diketahui telah berlangsung selama puluhan tahun dan menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat setempat. Mulai dari kebutuhan makan sehari-hari, hingga biaya pendidikan anak-anak mereka, semua ditopang dari hasil kerja di tambang tersebut.
“Kami di sini hidup dari kapur. Kalau ada yang bilang masyarakat terganggu, itu tidak benar. Justru kami sangat bergantung pada pekerjaan ini,” ungkap seorang ibu rumah tangga yang suaminya bekerja sebagai pembakar kapur.
Warga pun mempertanyakan motif di balik pernyataan Rianto. Alih-alih membantu masyarakat, sikapnya dinilai hanya memperkeruh suasana tanpa memikirkan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan jika tambang tersebut diberhentikan.
“Jangan hanya bisa bicara. Kalau peduli, datang dan lihat sendiri bagaimana kami hidup, bukan asal kritik dari jauh!”
Hingga berita ini diturunkan, Rianto belum memberikan klarifikasi atau tanggapan atas kecaman masyarakat Buliide yang merasa disudutkan oleh pernyataannya.