FPDL: Pesona Mandar Batu di Danau Limboto

Breaking News Kab. Gorontalo

maleonews.com _ Kabupaten Gorontalo – Para wisatawan atau pengamat satwa liar, setiap pagi dan sore merupakan waktu yang tepat untuk menyaksikan pesona hidupan liar di Danau Limboto.

Salah satu atraksi keren di danau kebanggaan masyarakat Gorontalo adalah melihat burung mandar batu atau Common Moorhen (Gallinula chloropus), burung cantik yang melenggang indah di semak atau saat berenang di atas permukaan air.

“Terutama pada pagi hari, saat mencari makan, burung ini terlihat sangat indah. Sinar matahari pagi akan menyinari bulunya, warna merah di bagian mukanya hingga paruhnya sangat indah, di ujung paruhnya warna kuning.

Keren sekali,” kata Danny Rogi staf Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (Biota) yang kerap melakukan pengamatan burung di Danau Limboto, Senin (10/6/2024).

Munculnya mandar batu pada pagi hari biasanya bersamaan dengan burung-burung lain, termasuk keluarga dekatnya si mandar besar atau Purple swamphen (Porphyrio porphyrio). Kedua burung ini mirip, namun mandar batu lerlihat lebih kecil, Namun tidak kalah cantiknya.

“Apalagi kalau melihat burung ini saat berada di dalam semak hijau, warnanya sangat kontras, ini benar-benar indah,” ujar Danny Rogi.

Pertemuan indah dengan mandar batu di Danau Limboto memang potensinya lebih besar. Perjumpaan ini memberi arti tersendiri bagi penikmat birdwatching, karena burung di alam jauh lebih memikat dari burung di sangkar.

Secara fisik burung ini memiliki bulu yang didominasi warna hitam, berukuran sedang (31 cm). Warna hitam dan sedikit putih. Paruh pendek, ada perisai merah terang pada dahi. Bulu seluruhnya hitam suram. Ada coretan garis putih pada sepanjang sisi dan dua bercak putih pada bagian bawah ekor. Iris merah, paruh hijau buram dan pangkal merah, kaki hijau.

Kebanyakan hidup di air, berenang perlahan-lahan. Mematuk-matuk serangga dan permukaan tumbuhan. Sering menjentikkan ekor ketika di darat maupun di air. Dapat berlari di atas air.

Dapat menyelam di bawah air untuk waktu lama.
Burung ini bisa bersarang di tumpukan rumput di atas air atau vegetasi mengambang. Telur berwarna kuning pucat berbintik coklat keunguan, jumlah 4-6 butir.

Berbiak bulan November-Juli.
Status konservasi dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) adalah berisiko rendah (least concern).

“Burung mandar batu biasa memakan serangga air, binatang kecil, pucuk tanaman muda yang memiliki habitat di danau, kolam, parit, sawah, tambak payau, tersebar sampai ketinggian 1.200 m dari permukaan laut,” ujar Danny.

Luas Danau Limboto dan persawahan di sekitarnya yang mencapai lebih dari 3000 ha merupakan rumah yang nyaman bagi satwa ini. Namun demikian maraknya perburuan, terutama pada akhir pekan menjadi ancaman serius penurunan populasi.

Karena para pemburu lebih menargetkan burung ini untuk dicari.
Mandar batu ini menjadi salah satu magnit pariwisata, tidak heran jika Pemerintah Kabupaten Gorontalo menyelenggarakan Festival Pesona Danau Limboto (FPDL), sebuah festival yang lahir dari upaya konservasi hidupan liar di Danau Limboto.

Penyelenggaraan festival ini telah memberi ruang pada nilai-nilai konservasi yang harus dijalankan semua pihak, termasuk individu dan komunitas.

Festival Pesona Danau Limboto yang digelar pada 22-24 Juni 2024 ini merupakan kolaborasi berbagai pihak dalam mengenalkan dan mempromosikan kekayaan alam dan budaya di Kabupaten Gorontalo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *