maleonews.com, Limboto_Peran Saka Nasional 2025 telah berakhir, namun jejak kemeriahannya masih terasa di Bumi Perkemahan Bongohulawa. Rangkaian kegiatan yang berlangsung dari 2 hingga 9 November itu meninggalkan banyak cerita—dari tawa para peserta, hiruk-pikuk ribuan tenda, hingga wajah lelah Panitia Pelaksana yang terdiri dari Dewan Kerja Daerah, DKN, dan Pemerintah Daerah Gorontalo.
Hajatan berskala nasional tersebut berlangsung semarak sejak hari pertama. Persiapan panjang yang dikerjakan siang dan malam berbuah sukses saat upacara pembukaan digelar meriah. Ribuan peserta dari seluruh Indonesia berbaur membawa warna tersendiri bagi Kabupaten Gorontalo. Begitu pula penutupannya, yang diwarnai pertunjukan spektakuler dan meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir.
Namun, suasana berbeda tampak saat Bupati Gorontalo Sofyan Puhi bersama Sekretaris Daerah Sugondo Makmur dan Asisten Administrasi Umum Haris Tome meninjau kembali lokasi perkemahan pada Selasa malam, 11 November 2025.
Tempat yang sebelumnya ramai seperti kota mini itu kini berubah drastis. Barisan tenda yang dulu memenuhi lapangan telah lenyap. Riuh suara peserta berganti hening malam yang hanya ditemani sinar lampu jalan. Puluhan hektare lahan yang sempat menjadi pusat kegiatan Pramuka nasional kini kembali sepi, menyisakan beberapa orang yang masih sibuk membereskan perlengkapan.
Namun ketenangan itu sirna ketika Bupati menemukan sejumlah fasilitas mengalami kerusakan. Beberapa unit MCK terlihat dipreteli, pintu dan peralatan dicopot orang tak bertanggung jawab. Bahkan beberapa perlengkapan lain juga dilaporkan hilang usai kegiatan. Kondisi ini membuat Bupati Sofyan Puhi menunjukkan kekecewaannya di hadapan para pejabat yang mendampinginya.
Bupati kemudian meminta Sekda Sugondo Makmur melakukan evaluasi menyeluruh terhadap petugas yang sebelumnya bertugas menjaga fasilitas Bumi Perkemahan. Menurutnya, aset yang telah dibangun dengan biaya tidak sedikit seharusnya dijaga dengan pengawasan ketat, terlebih setelah kegiatan sebesar Peran Saka Nasional.
Ia juga mengimbau masyarakat sekitar untuk berperan aktif menjaga fasilitas umum. Pemerintah daerah, katanya, memang menyiagakan personel keamanan, namun keberhasilan menjaga aset publik tidak akan optimal tanpa keterlibatan warga sekitar. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci agar fasilitas di Bumi Perkemahan tetap terawat dan tidak lagi menjadi sasaran pengrusakan.
Kunjungan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa sebuah kegiatan besar tak hanya meninggalkan kenangan, tetapi juga tanggung jawab untuk memastikan fasilitas yang ada tetap terjaga bagi kegiatan-kegiatan berikutnya.







